Field Trip merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengunjungi suatu tempat wisata namun dengan tujuan belajar sehingga tidak hanya sekedar berwisata saja. Metode ini diterapkan dengan tujuan memberikan pengalaman langsung sehingga dapat memecahkan permasalahan terhadap suatu hal yang dihadapi oleh peserta didik yang merupakan salah satu bagian integral dari kurikulum sekolah (Serang, Latukau, & Eksan, 2020). Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemilihan metode pembelajaran membutuhkan indikator yang dapat digunakan untuk memastikan berjalan atau tidaknya kegiatan pembelajaran (Oktavia, 2020). Maksud dari indikator tersebut adalah kesiapan subjek belajar dengan kata lain berada dalam kondisi psikologis yang stabil, selain itu bahan ajar yang akan dipelajari harus benar-benar memiliki tingkatan yang dibutuhkan sehingga tercipta konsentrasi dan perhatian, media ajar yang memadai guna memaksimalkan perhatian terhadap subjek belajar, efisiensi waktu sebagai hasil belajar secara kualitatif, dan tersedianya perangkat yang digunakan untuk mengujur penilaian kegiatan pembelajaran supaya dapat dikatakan efektif dan berhasil (Yasin, 2012).

Penggunaan metode pembelajaran akan menjadi tantangan bagi pendidik yang tidak mengenal hal tersebut, sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan maksimal. Hal penting dalam penerapan metode belajar yaitu setiap metode yang digunakan harus berkaitan dengan tujuan belajar (Ulfa & Saifudin, 2018), dimana tujuan dari belajar adalah melatih peserta didik supaya siap dalam menghadapi suatu permasalahan dan menemukan pemecahannya, oleh karena itu supaya pembelajaran berjalan optimal maka pendidik harus memahami tahap-tahap metode mengajar. Memilih metode mengajar perlu memperhatikan hal-hal berikut, metode yang dipilih harus mampu membangkitkan semangat belajar peserta didik, dapat memperbaiki kepribadian peserta didik, memberikan peluang dan kesempatan bagi peserta didik untuk berkarya, mendorong peserta didik untuk berinovasi, melatih peserta didik untuk mencari pengetahuan serta pengalaman secara mandiri, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik sebagai impelentasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (Zulfiani, 2009).

Perubahan kurikulum yang terjadi beberapa kali berpengaruh terhadap mutu pendidikan, perbaikan kurikulum dilakukan dengan tujuan menciptakan hasil belajar yang efektif. Perbaikan kurikulum yang optimal secara berkala berdasarkan dengan kekurangan kurikulum sebelumnya untuk dijadikan sebagai acuan kedepannya, oleh karena itu seluruh unsur baik dari guru, siswa, maupun orang tua harus mampu mengikuti perubahan yang terjadi guna tercapainya tujuan pendidikan nasional (Masyhud, 2014). Kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum merdeka, dimana kurikulum ini dikembangkan secara felksibel dan difokuskan pada pengembangan karakter peserta didik (Berlian, Solekah, & Rahayu, 2022). Kurikulum merdeka dikembangkan berdasarkan kurikulum sebelumnya pada mata pelajaran intrakurikuler yang berbeda-beda. Kurikulum merdeka mengoptimalkan prkembangan kompetensi peserta didik, kegiatan belajar mengajar menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan kebutuhan materi. Pendidik diberikan kebebasan dalam menggunakan media belajar yang sesuai. Sebagai upaya dalam mencapai profil pelajar Pancasila, pembelajaran tidak hanya ditargetkan pada mata pelajaran tertentu saja sehingga target P5 tercapai (Angyanur, Azzahra, & Pandiangan, 2022).

 

Translate ยป